Selasa, 12 Februari 2013

Intelijen Subordinat CIA ?


Izzul Islam-JAKARTA (Arrahmah.com) – Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Ustadz Muhammad Al Khaththath menilai keterlibatan intelijen Indonesia dalam operasi rahasia CIA dalam penangkapan dan pemindahan tertuduh teroris, Intelijen Indonesia secara tidak langsung menjadi sub ordinat CIA.

“Paralelnya, menjadikan NKRI sub ordinat negara Amerika Serikat (USA) dan itu berarti pengkhianatan terhadap Konstitusi, terhadap rakyat, dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Coba mereka berfikir, apakah perbuatan mereka diridhoi  Tuhan Yang Maa Esa” Katanya kepada arrahmah.com menanggapi Laporan study organisasi Nirlaba Open Society Foundation (OSF), Senin (11/2/2013) Jakarta.

Lebih dari itu, ia mendukung upaya DPR untuk mengkaji laporan keterlibatan intelijen Indonesia dalam operasi rahasia CIA.

“Komisi I harus membahas persoalan itu atau Komisi berapa yang menangani itu, karena ini menyangkut kemandirian bangsa dan Kemandirian negara,” ungkap Ustadz Khaththath.

Persoalan keterlibatan Intelijen Indonesia dalam operasi rahasia CIA itu, lanjutnya, merupakan persoalan yang sangat signifikan sehingga perlu dikaji dan diusut oleh DPR, karena menyangkut kedaulatan negara.

“Ini persoalan yang sangat penting, karena jika intelijen kita sudah menjadi sub ordinat negara lain, maka rahasia negara bisa dikasih ke mereka, ini berbahaya” tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, Komisi Pertahanan, Komunikasi, dan Informasi DPR RI akan mengkaji  laporan Hasil studi Open Society Foundation (OSF) yang menyebut adanya keterlibatan intelijen Indonesia dalam program rahasia dengan Dinas Rahasia AS, CIA (Central Intelligence Agency). “Ini harus dikaji dulu, apakah seperti itu persoalannya,” kata Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Ramadhan Pohan, di Jakarta, Kamis (7/2/2013).

Sebagaimana diketahui, Setidaknya ada tiga penangkapan oleh intelijen Indonesia yang disebut laporan OSF tersebut sebagai bagian dari kerjasama operasi rahasia ini, yaitu terhadap Muhammad Saad Iqbal Madni, Nasir Salim Ali Qaru, dan Omar al-Faruq. Madni ditangkap di Jakarta, sebelum dikirim ke Mesir. Nasir ditangkap di Indonesia tahun 2003 dan ditransfer ke Yordania, sebelum akhirnya ditemukan di Yaman. Faruq ditangkap di Bogor tahun 2002, lalu dipindahkan ke Bagram, Afganistan.

Dalam studi itu OSF itu disebutkan, masing-masing negara memiliki peran yang berbeda-beda dalam membantu operasi CIA itu. CIA menahan orang yang diduga teroris di fasilitas penahanan di Lithuania, Maroko, Polandia, Rumania, dan Thailand –di samping di Afghanistan dan Guantanamo, Kuba. Sedangkan negara-negara seperti Azerbaijan, Kanada, Denmark, Malawi, Kenya, Zimbabwe, Malaysia, dan Sri Lanka, berpartisipasi melalui interogasi, penyiksaan, atau penangkapannya.

Setidaknya ada 136 orang yang dilaporkan menjadi korban operasi ini. Dalam penahanan itu, mereka mengalami sejumlah penyiksaan. Karena itu, tulis laporan OSF itu, Amerika Serikat dan dan negara-negara yang membantunya harus bertanggungjawab atas pelanggaran hukum domestik dan internasional itu. Hingga kini hanya Kanada yang meminta maaf atas perannya. Sedangkan Australia, Inggris, dan Swedia, menawarkan kompensasi kepada korban operasi rahasia itu.

Amrit Singh, penulis laporan itu mengatakan, Presiden AS Barrack Obama pada tahun 2009 mengeluarkan perintah eksekutif yang melarang penggunaan penyiksaan, teknik interogasi keras dan penutupan fasilitas penahanan rahasia. Tapi, kata Singh, perintah itu tidak menanggalkan praktik rendition. “Kenyataannya, perintah itu memungkinkan penahanan jangka pendek untuk rendition,” kata Singh.

Pendukung program rendition dan penahanan mengatakan, ini merupakan komponen penting kebijakan keamanan nasional AS menghadapi ancaman tak menentu setelah peristiwa 9/11 itu. “Semua plot (teroris) yang direncanakan setelah serangan 9/11 tidak pernah terjadi,” kata Marc Thiessen, penulis utama untuk pidato Presiden AS George W. Bush. Jika tak ada program rahasia itu, kata Marc, belum tentu AS melewati 12 tahun ini tanpa serangan teroris. (bilal/arrahmah.com)

Sebarkan!
Raih amal shalih, sebarkan informasi ini...

Selasa, 13 November 2012

Perkembangan Suriah


Kaum Zionis Berdemonstrasi Dukung Assad dan Rezimnya

Channel televisi Zionis melaporkan bahwa ratusan demonstran sore ini (26/2) menggelar aksi demonstrasi untuk mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad di Haifa.
Channel Zionis ini mengatakan bahwa sekalipun marak pemberitaan tentang terus berlanjutnya aksi pembantaian yang dilakukan oleh Assad terhadap warga sipil di Suriah, namun digelar sebuah demonstrasi untuk mendukung rezim Assad.
Ia menambahkan bahwa aksi demonstrasi ini merupakan yang terbesar sejak pecahnya kerusuhan di Suriah tahun lalu.
Channel tersebut mengatakan bahwa aksi demonstrasi ini diikuti sekitar 500 kaum Zionis yang berasal dari Dataran Tinggi Golan dan Yerusalem untuk mengekspresikan dukungan mereka kepada Assad dan rezimnya. Dalam aksinya itu mereka membawa bendera Suriah dan gambar Assad dalam ukuran, bahkan beberapa dari mereka memakai kaos dengan gambar Assad.
Dalam konteks lain, Lembaga Umum untuk Revolusi Suriah mengatakan bahwa gerombolan tentara dan pasukan keamanan Suriah telah membantai 64 warga sipil, yang kebanyakan di Hama.
Para aktivis juga mengatakan bahwa telah terjadi aksi penggerebekan dan penangkapan dengan sewenang-wenang oleh gerombolan tentara dan pasukan keamanan Suriah di kota Halab (Aleppo).
Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengumumkan belum mencapai kesepakatan dengan pemerintah Suriah terkait izin untuk mengevakuasi mereka yang terluka melalui Baba Amr.
Shaleh Dabbakeh-juru bicara Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Damaskus-mengumumkan tentang kegagalan negosiasi yang dilakukan oleh Komite pada hari Sabtu dengan pihak berwenang dan oposisi Suriah terhadap perjanjian yang mengizinkan evakuasi mereka yang terluka dari distrik Baba Amr di Homs (islammemo.cc, 26/2/2012).

Kamis, 20 September 2012

September 2012


Laporan Keuangan
Komunitas Izzul Islam
Mari Berbagi

NOURAIANPEMASUKANPENGELUARAN
1ISPANDI50,000
2RR. AYU AGUSTIN75,000
3ABU IESQI150,000
YUSUF PASIEN KANKER RECTUM DARI BOJONEGORO350,000
JUMLAH275,000 350,000
SALDO(75,000)
RENCANA BANTUAN
YUSUF PASIEN KANKER RECTUM500,000
KELEBIHAN - KEKURANGAN DANA(575,000)

Sebenarnya masih banyak lagi yang membutuhkan bantuan kita namun kami belum biasa berbuat banyak.

Profile :
Yusuf Bojonegoro --Belum di buat profile

Jumat, 10 Agustus 2012

Awas ! Senjata Makan Tuan


MUI Peringatkan Ummat

Awas ! Recehan Anda Jadi Timah Panas
Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau agar masyarakat hati-hati dalam mengkonsumsi kurma yang berasal dari Israel. Selama ini Indonesia tidak memiliki hubungan dagang dengan Israel. Patut dicatat, Israel selama ini dikenal sebagai negara agresor atas penduduk Palestina.

"Apalagi diduga kuat, hasil perdagangan tersebut digunakan untuk membunuh orang-orang tidak berdosa. Secara hukum dan etika tidak pas berdagang dengan agresor," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Ni'am, saat berbincang, Selasa (7/8/2012).

Karena menjadi negara agresor itu, Ni'am menegaskan pemerintah tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Hal tersebut sesuai dengan amanat UU 1945.

Jangan Sampai Anda Ikut Andil
"Sudah seharusnya juga tidak ada hubungan dagang. Dagang itu bukan hanya sekadar uang dan ekonomi semata, harus ada nilai di situ," tuturnya.

Tercatat dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikcom, Selasa (7/8/2012), setidaknya dari 9 buah impor terbesar yang diminati masyarakat Indonesia, ada 2 buah impor yang berasal dari Israel.

Memang jumlahnya tidak banyak, tetapi pada bulan Juni tahun ini, tercatat masuknya impor kurma dari Israel. Impor tersebut sebanyak 20,6 ton dengan nilai US$ 191,3 ribu dan baru dilakukan satu bulan sejak bulan Januari 2012.
Sumber : http://ramadan.detik.com

PALESTINA : 5 %  Donasi Anda Untuk Palestina | Info Dunia Islam | Gaza | Jalur Gaza |

Kamis, 09 Agustus 2012

Sara apa Soro


Jum'at, 10 Agustus 2012

Agama Tak Pantas Disamakan dengan SARA : Adian

Siapa yang tak kenal Adian Husaini? Seorang pria serba bisa yang dikenal kolumnis, penulis buku juga penceramah. Tapi siapa sangka, baru-baru ini, lulusan program Ph.D dari International Institute of Islamic Thought and Civilization – International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) Malaysia justru merasa khawatir saat mengisi ceramah di Masjid Istiqlal, Jakarta.

“Tema yang berat sekali,” katanya, mengawali pembicaraan.

Saat itu, panitia masjid mendaulatnya sebagai pengisi ceramah tarawih pada Kamis (09/08/2012) malam, tepat hari pertama I’tikaf Ramadhan 1433 H. Tema yang disodorkan panitia adalah “Efektifitas Dakwah dengan Media Jejaring Sosial”.

Saudara Yang Tertindas


Surat Saja, tak Cukup Hentikan Kedzaliman Myanmar

HTI Press, Jakarta-|  Berita Dunia Islam | Menghentikan kebiadaban rezim Myanmar terhadap Muslim Rohingya tidak cukup hanya dengan surat. “Sekedar surat saja tidak cukup , kecaman dunia dan PBB saja dia acuhkan apalagi hanya surat!,”ujar Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto, Ahad (5/8) siang di depan Istana Negara.